Balita dan kakaknya tinggal bersama bibinya yang sakit jiwa
TERLAHIR ke dunia pastinya setiap anak membutuhkan belai kaih sayang kedua orang tuanya. Tapi hal ini rupanya nggak terjadi pada balita berusia 3 tahun bernama Marcel dari Tangerang, rupanya Marcel nggak sendiri, dirinya mempunyai seorang kakak laki-laki bernama Soni (16).
Dua kakak beradik ini sehari-hari ditemani oleh sang bibi yang bernama Desi. Saat ditanya seputar aktivitas, jawaban Desi terlihat normal. Namun di tengah pebincangan, Desi berbicara melantur, tatapan matanya kosong dan terlihat berbicara sendiri dengan kalimat yang nggak jelas.
Menurut dr Selvi seorang tenaga kesehatan Puskesmas Bugel, Desi mengidap skizofrenia yaitu gangguan mental kronis yang menyebabkan penderitanya mengalami delusi, halusinasi, pikiran kacau, dan perubahan perilaku.
Kisah Balita Berumur 3 Tahun dari Tangerang, Dirawat Sang Bibi yang Derita Gangguan Mental
Diagnosis ini berdasar pemeriksaan menyeluruh yang dilakukan pada Desi. "Dia (Desi) juga punya waham, menganggap bisa mengerjakan semua," kata Selvi, dilansir dari Kompas.com. Yap, karena kondisinya yang mengidap gangguan mental ini, membuat Desi nggak bisa diandalkan untuk merawat kedua keponakannya.
Desi langsung dibawa Dinas Sosial Kota Tangerang ke Rumah Sakit Jiwa Grogol untuk mendapatkan pengobatan.
Sementara Marcel dan Soni dibawa ke Yayasan Media Kasih untuk mendapatkan perawatan. Lalu bagaimana ya kita menghadapi seseorang yang mengidap skizofrenia, baik itu dari orang lain atau pun anggota keluarga kita sendiri.
Melansir dari Nakita, Grid.ID akan bagikan infonya untukmu.
1. jaga jarak
Anggota keluarga harus pandai menjaga jarak dengan penderita gangguan jiwa, agar mereka nggak merasa terancam.
2. Hindari hal-hal yang membuat cemas
Orang yang mengidap paranoid biasanya takut dilukai orang lain, oleh karena itu anggota keluarga harus menghindarkan stimulasi yang membuatnya paranoid (misalnya suara televisi dan lain sebagainya).
3. cari bantuan medis
Lapor ke petugas kesehatan terdekat, misal puskesmas agar bisa memberikan obat dasar untuk gangguan jiwa.
Penderita gangguan jiwa harus punya BPJS agar bisa di rujuk ke RSUD terdekat.
4. Jauhkan dari jangkauan benda tajam dan berbahaya
Jauhkan penderita gangguan jiwa dari benda tajam, bahan kimia berbahaya lainnya, untuk mengurangi risiko cedera pada penderita dan orang sekitarnya.
Bisa Disembuhkan
Gangguan jiwa terdiri atas banyak jenis, di antaranya bisa bipolar, psikotik, dan skizofrenia. Skizofrenia termasuk gangguan jiwa berat yang membuat penderitanya tidak mampu menilai realitas disebabkan ketidakseimbangan neurokimia di otak yang mengganggu fungsinya secara keseluruhan, dan bukan merupakan penyakit keterbelakangan mental.
Gejala awal biasanya muncul pada masa remaja atau dewasa muda. "Stigma negatif yang melekat di tengah masyarakat tentang skizofrenia menyebabkan banyak keluarga menunda bertemu dokter. Padahal, bila diketahui sejak dini dan mendapat pengobatan yang benar, hasilnya jauh lebih baik. Kami sebagai psikiater tentu tidak bisa bekerja sendiri. Yang ironis, stigma paling besar justru datang dari kalangan medis," kata inisiator kampanye Lighting the Hope for Schizophrenia yang juga Ketua PDSKJI, dr. Tun Bastaman, Sp.KJ.
Diungkapkan, orang dengan skizofrenia (ODS) memerlukan perawatan jangka panjang dan harus patuh berobat.
Untuk itulah dukungan keluarga sangat dibutuhkan. Bila dideteksi sejak awal dan mendapat perawatan yang tepat, dikatakan ibu satu putra ini, ODS dapat kembali produktif dan hidup layaknya orang normal.
Selain peluncuran resmi kampanye Lighting the Hope for Schizophrenia, juga diumumkan situs resmi www.peduliskizofrenia.org. Situs yang dikelola oleh Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) ini memuat informasi lengkap tentang skizofrenia, ODS, medikasi, dukungan psikoedukasi, forum interaktif, dan sebagainya, dan merupakan portal digital skizofrenia pertama dalam bahasa Indonesia.
Sumber : grid.id