Aktivitas kaum waria alias banci atau bencong dalam pergaulan sosial kemasyarakatan di Kota Maumere khususnya dan Kabupaten Sikka, Pulau Flores tak bisa dibendung lagi.
Tak hanya usaha produktif yang digeluti mendatangkan keuntungan ekonomis, oknum waria di Maumere menjadi penjajak seks alias jual diri. Pelanggannya dari berbagai profesi dan latar belakang.
“Ada satu waria yang laris. Dia mengaku pernah sekali waktu melayani sampai 15 orang pelanggan pria. Mereka dari beragam profesi, ada oknum pegawai pemerintahan, aparat keamanan dan macam-macam,” kata Pengelola Program KPAD Sikka, Yuyun Baitanu, dan Sekretaris KPAD Sikka, Yohanes Siga, kepada POS-KUPANG.COM, Jumat (10/8/2018) di Maumere.
Yuyun mengatakan kaum waria ‘berbeda’ dengan laki seks laki (LSL) atau man seks man (MSM) yang sangat menutup diri, sehingga sulit diintervensi dengan program dari KPAD. LSL memiliki istri dan anak namun punya pasangan lain di luar rumah.
Dikatakanya, kelompok waria saat ini terdata 137 orang bergabung dalam Persatuan Waria Sikka (Perwakas). KPA (D) menempatkan kaum waria sebagai salah satu kelompok rentan HIV/AIDS.
Yohanes menyayangkan aktivitas kelompok Waria melakukan regenerasi secara masif. Anak-anak muda yang semula normal terjebak dalam aktivitasnya.
“Kita sangat kecewa, karena mereka melakukan regenerasi kepada anak-anak baru. Yang tadinya bukan waria menjadi waria,” tandas Yohanes.Yuyun menduga, salah satu alasan regenerasi waria untuk memenuhi hasrat seksualnya. “Mereka bisa saja memberi uang kepada anak-anak yang baru ini,” tandas Yuyun.
Yuyun menegaskan, waria ditempatkan sebagai kelompok berpotensi terkena HIV. Hubungan seks anal membuat kulit penis terluka dan virus masuk lewat darah yang sudah terkena luka saat melakukan anal.
“Kelompok ini masuk kategori potensial HIV, karena yang sudah terinveksi HIV akan menularkan virus HIV kepada teman seksnya sesama jenis,” tandas Yuyun.
Sumber : tribunnews.com